Tanya Itu Masih Tetap di Sini.

Bersyukurlah kita memiliki teman yang bisa membawa kita kepada kebaikan, sharing ilmu, menasehati apabila kita tersalah …

Kalimat ini saya kutip dari postingan seorang teman di note Multiply. Yang mau tidak mau, mengingatkan saya pada peristiwa yang bukan cuma sekali saya alami.

Saya pernah diminta untuk menjadi asisten admin disebuah forum, namun baru beberapa hari kemudian saya dikeluarkan secara tiba-tiba dari forum tersebut. Tanpa saya ketahui apa kesalahan saya. Sakit plus sedih sekali, karena saya sangat mencintai forum tersebut tika itu.

Teringat sabda nabi:

“Perumpamaan orang muslim dalam cinta-mencintai, kasih mengasihi dan sayang-menyayangi adalah laksana satu tubuh. Jika salah satu anggotanya sakit, maka seluruh tubuhnya akan merasakan demam.”
( HR. Mutafakkun ‘Alaih)

Saya bukan inginkan orang lain turut sedih bersama saya, tetapi bukankah ini sebuah petunjuk dari Rasul Allah, agar kita ummatnya tidak membiarkan saudara/inya sedih sendirian?

Saya pernah menangis plus kecewa karena seseorang yang sangat saya sayangi, seseorang yang selalu saya sebut namanya didalam doa, menyatakan kekecewaannya yang telah dipendam selama berminggu-minggu pada saya. Tanpa saya ketahui kesalahan saya yang sebenarnya. Dia hanya mengatakan ada ucapan saya yang menyinggungnya di forum kajian. Yang dia sendiri sudah lupa persisnya. Sebagai sesama muslim bukankah kita diajarkan untuk menegur saudara kita yang salah?

Sabda Nabi: “Siapa saja diantara kalian yang melihat kemungkaran, maka tegurlah dengan tangannya (kekuasaannya. Jika ia tidak mampu, maka tegurlah dengan lisannya. Jika tidak mampu juga, maka tegurlah dengan hati. Namun, ini adalah selemah-lemahnya iman.”

Sedih sekaligus kecewa. Sedih, karena ternyata saya belum mampu menjadi teman yang baik baginya. Sehingga seolah-olah diri ini tidak patut untuk ditolong dengan cara menegur untuk mengingatkan bahwa tindakan saya salah.

Kecewa, karena dia yang saya kagumi keimanannya, membiarkan saudara seimannya berada dalam posisi celaka, yang selalu berusaha dihindarinya.

Saya pernah mengalami putus silaturrahmi dengan seseorang yang sering mengajak diskusi, dan menanamkan semangat jihad pada saya, juga dengan kesalahan yang belum saya ketahui. Bahkan hingga kini.

Tentu saya tidak menyalahkan siapapun, juga tidak akan menuntut. Tetapi saya jadi teringat dengan firman Allah,

Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. …. (QS. Al Hujuraat : 10)

Lantas apa arti saudara dalam hal ini?

Ah… betapa beruntungnya seorang teman yang memilki teman seperti gambaran di atas. Ianya tentu tidak akan dipenuhi dengan tanya-tanya yang berseliweran memenuhi otaknya. Karena teman tersebut membawa damai. Wallahu’alam…

Rabo, 23 September 2009